Agama sebagai Sistem Budaya (Perspektif Clifford Geertz)
Download 473.95 Kb. Pdf ko'rish
|
Mustaqim Makalah Geertz
1
Oleh: Mustaqim (NIM.19200013023) Pendahuluan Makalah ini membahas tentang teori yang menyatakan bahwa agama merupakan sistem budaya yang digagas oleh Clifford Geertz. Sekilas tentang biografinya, ia lahir di San Francisco, California pada 23 Agustus 1926 dan meninggal pada 30 Oktober 2006 di Philadelphia. Geertz adalah seorang antropolog asal Amerika Serikat. Ia menjadi ahli antropologi agama yang terkenal berkat penelitian-penelitian lapangannya terutama di Indonesia dan Maroko. Ia belajar filsafat di Antioch College, Ohio dan melanjutkan studinya pada bidang Antropogi di Universitas Harvard. Pada tahun kedua studinya di Universitas Harvard, ia melakukan penelitian lapangan di Indonesia, yaitu di Pulau Jawa dan mengantarkannya meraih gelar doktor di bidang Antropologi pada tahun 1956. Selanjutnya, Geertz melakukan penelitiannya di Bali. Studi lapangan yang ia lakukan di pulau Jawa dan Bali menjadi fondasi penting untuk mengonstruksi teori-teorinya yang termuat dalam buku- buku yang tulis selanjutnya. Di antara karyanya yang terkenal adalah The Religion of Java (1960) dan Islam Observed (1971). Geertz menyampaikan gagasan teori atau pemikirannya ini, agama sebagai sistem budaya, melalui sebuah esai dalam buku yang berisi kumpulan esainya yang terpilih, yang berjudul The Interpretation of Cultures (1973). Di bagian awal tulisannya, Geertz menyampaikan kegelisahannya terhadap perkembangan studi antropologi agama pada saat itu yang dianggap mengalami stagnasi. Menurutnya, karya-karya antropologi agama yang muncul di seputar perang dunia kedua dan setelahnya mencerminkan dua karakteristik stagnasi, yaitu: 1) karya-karya tersebut tidak membuat kemajuan teoretis yang amat penting, karena hanya memanfaatkan modal konseptual dari para leluhurnya dan menambahkan pengayaan yang sangat minim; 2) karya-karya tersebut hanya menggunakan pendekatan (perspektif) dari tradisi intelektual yang didefinisikan secara sangat sempit, yaitu Durkheim tentang hakikat kesakralan, Weber tentang metodologi Verstehen , Freud tentang parallel antara ritual pribadi dan kolektif, atau Malinowski tentang perbedaan antara agama dan common sense. Sementara itu, tak seorang pun berpikir untuk mencari atau menggunakan pendekatan atau perspektif yang lain, misalnya filsafat, sejarah, hukum, sastra, atau keilmuan yang "lebih sulit", sebagaimana yang dicari oleh tokoh-tokoh tersebut untuk ide-ide analitis.
2
Geertz kemudian menawarkan upaya untuk mengatasi stagnasi bidang antropologi agama tersebut, yaitu dengan memperluas pendekatan atau prtspektifnya. Ia menyatakan bahwa cara melakukannya bukanlah dengan meninggalkan tradisi antropologi sosial di bidang studi agama yang sudah mapan, tetapi memperluasnya. Bagi Geertz, kontribusi dari empat tokoh, sebagaimana disebutkan di atas, yang mendominasi pemikiran para akademisi antropologi agama saat itu merupakan titik awal (starting point) yang tak terelakkan untuk teori antropologi agama yang bermanfaat, tetapi yang perlu dicatat ialah bahwa kontribusi mereka tersebut hanyalah sebagai titik awal. Oleh karena itu, untuk melampaui mereka, para akademisi antropologi agama harus menempatkan mereka dalam konteks pemikiran kontemporer yang jauh lebih luas daripada yang mereka cakup di dalam dan tentang mereka sendiri. Dalam upaya tersebut, Geertz menggunakan pendekatan atau perspektif dimensi budaya untuk menganalisis agama, yang kemudian melahirkan teori agama sebagai sistem budaya.
Download 473.95 Kb. Do'stlaringiz bilan baham: |
ma'muriyatiga murojaat qiling