3) dengan merumuskan konsepsi tentang tatanan umum eksistensi (…by formulating
conceptions of a general order of existence…)
Di bagian ini Geertz menjelaskan tentang bagaimana manusia (penganut agama)
merumuskan konsepsi-konsepsi atas simbol-simbol keagamaannya, yang tujuannya ialah
untuk menguatkan perasaan dan motivasi keagamaan mereka. Kekacauan akan terjadi apabila
manusia tidak mampu memformulasikan konsepsi mengenai struktur atau tatanan eksistensi
itu. Sehingga, simbol-simbol selalu memberikan orientasi atau petunjuk bagi manusia atas
segala fenomena yang terjadi pada diri mereka maupun pada alam. Ada tiga dimensi dimana
kekacauan tersebut bisa terjadi, diantaranya: (1) karena keterbatasan kapasitas analitis
manusia, (2) karena keterbatasan kapasitas menahan penderitaan manusia, (3) karena
keterbatasan kapasitas penilaian moral manusia.
Manusia akan selalu mencari-cari untuk memahami fenomena-fenomena yang terjadi
dan mereka tidak akan meninggalkannya tanpa jawaban. Mereka akan menemukan
jawabannya itu tidak peduli seberapa terbatasnya kapasitas analitis mereka. Tanpa jawaban
itu, meskipun jawaban itu sendiri tidak konsisten dan cenderung tidak akurat, maka
kekacauan dalam diri manusia akan terjadi. Agama memberikan perannya di sini sebagai
pemberi konsepsi mengenai fenomena-fenomena alam yang tidak dapat dipahami seutuhnya
oleh manusia, termasuk pada alam metafisik yang empiris di dunia.
4) dan membungkus konsepsi tersebut dengan semacam aura faktualitas (….and
Do'stlaringiz bilan baham: |